Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2019

Pulang

Jalanan Surabaya memadat sore itu. Pada jalan besar kembar bermedian, kudapati motor-motor berderet-deret dengan jok penuh saling bonceng-membonceng. Suami-istri yang saling berboncengan di atas Honda Astrea keluaran 90-an, dengan kecepatan paling cepat 30 km/jam. Seorang Ayah yang menjemput gadis kecilnya di depan sebuah gerbang SMA. Babang Gojek yang menimang-nimang HP-nya menanti pesanan. Bapak-bapak sopir angkot yang sesekali mengusap peluh di dahi dengan handuk di lehernya. Segala yang dapat ditangkap mataku menjadi sebuah melankoli yang tidak berhenti-berhenti. Katamu, kebahagiaan bisa ditemukan dalam sebungkus mi instan, atau potongan rambut gaya baru, dan baliho-baliho serta poster diskon pakaian di toko-toko. Kerap kamu mencoba banyak hal--sepatu, kemeja, jaket--tanpa membelinya. Seperti kamu bilang bahwa sesederhana itu kebahagiaan bisa didapatkan, yaitu bereksperimen di kamar pas. Tidak kutemukan orang-orang sesederhana kamu. Ujarmu, melihat wajah teman-teman adalah k...

Uluran Tangan

Assalamualaikum. Di dalam kamar kos minimalis pagi ini, ditemani cahaya matahari di timur cakrawala yang masuk menembus kaca jendela, pikiranku menerawang. Teringat sesuatu, yang indah. Yang sempat kulupakan, tetapi aku bersyukur mengalaminya. Allah seperti sedang menyentil keningku, seperti orangtua yang menyentil kening anak-anak mereka ketika berbuat kesalahan. Berminggu-minggu, berbulan-bulan, perasaan yang tersesat dan tidak menggenggam satu buah pun peta atau kompas, Ia mengulurkan tangannya sekali lagi untuk menunjukkan arah. Tidak. Ia selalu mengulurkan tangan, tetapi aku yang jarang sekali menyambut. Sungguh dangkal bongkahan hati seorang mahkluk bernama manusia ini. Begitu melimpah nikmat yang Ia berikan, tetapi tak pernah ada cukup ruang untuk menyadari semuanya karena hati ini begitu sempit. Begitu dangkal. Ada banyak sekali kasih sayang Tuhan, tapi seringnya lebih meminta kasih sayang kepada yang bukan Mahakasih. Betapa kedua mata ini kembali menjadi jernih dan bis...

Ayo Kita Sambat Malam Ini

Di penghujung hari kamu tengok isi dompet Pangeran Antasari menatapmu datar Thomas Matulessy mengancammu pakai samurai Yang paling membahagiakanmu hanya foto Pak Otto warna hijau Paru-parumu seperti terisi  karbon monoksida Dan rongga dadamu seperti penuh wedhus gembel yang keluar  dari mulut Merapi Ah, hujan! Basah! Gak bawa jas hujan! Nggak reda-reda! Lama! Gak ada duit pula! Capek aku! Tak selesai-selesai kamu sambat seperti kereta Penataran yang kutumpangi tempo hari Hari ini, banyak hal yang kamu alami Atau sedikit? Yang jelas bikin kamu stres dan lelah dan pingin sambat Iya, sambat adalah jalan tol bagi truk-truk bermuatan stres lelah capek Maka, sambatlah Ayo kita sambat sama-sama Meski pahit di telinga tapi, pasti ada yang mau dengar kok "Ya Allah, aku mau sambat..." (sudahkah kamu sambat?) -a snoob snoob-

Surabaya Senja yang Muram

Senjaku, petang ini Kulihat wajah-wajah sibuk serius lelah Dalam kursi-kursi penumpang bus jok-jok sepeda matic dan kopling kursi-kursi depan pengemudi truk gandeng yang berderet-deret di Bunderan Waru berebut jalan, berburu waktu Surabaya yang panas dan keras sekarang muram, terlihat lesu seperti habis dibabat kesedihan Surabaya petang ini begitu melankoli Seperti anak gadis yang lagi jatuh cinta Sebuah melankoli yang sama ketika wajahmu muncul di bayang-bayang Apa kabar? Tuhan sepertinya sedang menyuruhku untuk rindu denganmu Tuhan seperti sedang membuka botol minyak telon yang membuatku ingat pada masa-masa lama Ingin aku berkata "halo" dan merajut perbincangan dengan motif batik lama yang dulu kerap kita rajut bersama Ingin aku berkata "halo" sekalipun lidahku kelu bibirku beku dan waktu telah lama berlalu Sedang apa kau pada petang yang muram ini? Pulang kuliah? Pulang kerja? Atau menikmati makan siang yang terlamb...