Penduduk dan Lingkungan, Apa Sih Hubungannya?


Halo, kawan-kawan blogger!
Kali ini, saya ingin sedikit berbagi mengenai pemikiran saya. Apa yang saya tulis kali ini adalah mengenai keterkaitan pertumbuhan jumlah penduduk terhadap alam dan lingkungan.
Sebelumnya, apa sih penduduk itu? Menurut KBBI, penduduk adalah orang atau orang-orang yang mendiami suatu tempat. Sehingga apabila kita mendiami tempat A, maka kita adalah penduduk A. Sesuai definisi tersebut, penduduk hidup di suatu tempat dan tidak bisa dipisahkan dengan lingkungannya. Manusia hidup berdampingan bersama lingkungan dan alam. Tak bisa dipungkiri bahwa manusia mendapatkan segala kebutuhannya dari alam. Oksigen, air, tanah, pakaian, bahan makanan dan minuman, semuanya didapatkan dari alam.
Selain itu, manusia dengan kodratnya sebagai makhluk hidup juga senantiasa beranak-pinak dan melanjutkan keturunan. Hal ini sudah menjadi kebutuhan biologis bagi tiap makhluk hidup, yaitu untuk melestarikan jenisnya.
Menurut data sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia mencapai 237.641.326 jiwa, dengan peringkat ke-4 jumlah penduduk terbanyak di dunia. Menurut data dari Badan Sensus Penduduk pula, dapat diketahui bahwa jumlah penduduk Indonesia selalu meningkat setiap tahun, terhitung semenjak tahun 1930. Tingkat pertumbuhan penduduk Indonesia antara tahun 2000 dan 2010 adalah sekitar 1,49 persen per tahun. Serta, menurut data Susenas tahun 2014 dan 2015, jumlah penduduk Indonesia mencapai 254,9 juta jiwa.




Data-data tersebut menunjukkan betapa angka pertumbuhan penduduk Indonesia selalu mengalami peningkatan. Hal ini tentu saja memiliki keterkaitan dengan lingkungan dan alam yang ditinggali oleh penduduk setempat, karena bagaimanapun seperti yang sudah saya katakan, bahwa manusia dan alam tidak bisa dipisahkan.
Hal-hal yang berlebihan pada umumnya tidaklah baik, termasuk dalam hal beranak-pinak, yang menyebabkan angka pertumbuhan penduduk semakin tinggi tiap tahunnya. Berikut ini adalah beberapa masalah yang dapat saya list akibat dari pertumbuhan penduduk berkaitan dengan alam :

1.      Kurangnya Lahan.



Ini adalah masalah yang paling kasat mata dan paling utama kawan-kawan, karena turut menimbulkan masalah-masalah lain yang beruntutan. Jumlah manusia semakin banyak, sedangkan luas permukaan bumi tidak ikut bertambah. Pertumbuhan penduduk menyebabkan tingginya kebutuhan lahan tempat tinggal. Pada masyarakat kalangan menengah atas, juga menyebabkan tingginya kebutuhan lahan parkir untuk kendaraan. Semakin bertambahnya penduduk, maka secara tidak langsung kebutuhan lapangan pekerjaan juga semakin meningkat, sehingga meningkat pula kebutuhan lahan untuk lapangan-lapangan kerja tersebut.
Bisa membayangkan, bukan, betapa sesaknya permukaan bumi kita ini?

2.      Kurangnya Air Bersih


Seperti yang kalian ketahui, manusia tentu saja tidak bisa hidup tanpa air. Meningkatnya jumlah penduduk turut meningkatkan kebutuhan akan air bersih. Meskipun dua per tiga bumi adalah air, namun tidak semua air dapat langsung digunakan.
Masalah kurangnya lahan juga turut memperkecil jumlah air bersih yang tersedia. Hal ini dikarenakan banyaknya lahan-lahan yang diplester atau diubah menjadi gedung dan tempat pemukiman, menyebabkan kurangnya pasokan air dari dalam tanah.
Kawan-kawan sendiri


3.      Kurangnya Pangan

Di samping kebutuhan air, manusia pasti juga membutuhkan pangan. Bisa mati dong, ya, kalau manusia nggak makan? Hehehe.
Masalah kurangnya lahan juga turut mengakibatkan kurangnya lahan pertanian karena sebagian besar lahan telah dialih-fungsikan menjadi bangunan dan gedung-gedung. Sedikitnya lahan pertanian, dan banyaknya populasi manusia yang tidak sebanding, mengakibatkan timbulnya masalah kekurangan pangan.

4.      Kurangnya Udara Bersih

Banyaknya hutan-hutan yang dibuka untuk keperluan lahan pertanian atau bangunan dan tempat pemukiman, menyebabkan berkurangnya sumber penghasil oksigen. Hal ini dapat mengakibatkan masalah kekurangan udara bersih, apalagi bila tidak diimbangi dengan usaha penghijauan kembali atau penanaman pohon. Di samping itu, kurangnya udara bersih juga disebabkan karena banyaknya asap polusi sebagai akibat dari perkembangan teknologi, misalnya seperti jumlah kendaran bermotor yang semakin meningkat setiap tahun, serta asap-asap pembuangan pabrik dan lingkungan industri yang merupakan sumber penghasilan masyarakat.

5.      Perusakan Alam

Perusakan alam ini ada banyak jenisnya, Kawan. Contohnya seperti metode yang tidak tepat untuk membuka lahan, yaitu pembakaran hutan yang bisa menyebabkan penyakit paru-paru dan mematikan spesies di hutan. Contoh yang lain yaitu penebangan hutan yang liar dan tidak menurut pada peraturan. Penebangan hutan yang ilegal juga bisa saja terjadi akibat kurangnya lapangan pekerjaan bagi masayarakat, sehingga sebagian orang memilih untuk mendapatkan sumber daya alam secara ilegal untuk bisa dijual. Atau juga penangkapan ikan menggunakan pukat harimau oleh nelayan-nelayan untuk bersaing mendapatkan uang.

6.      Pemukiman Kumuh  

         

Pemukiman kumuh bisa tercipta akibat tuntutan lahan pemukiman yang tinggi dan tak sebanding dengan lahan kosong yang tersedia, serta rendahnya keadaan ekonomi masyarakat. Biasanya pemukiman kumuh ini terdapat pada kolong jembatan, pinggir rel kereta api, atau bantaran sungai. Pemukiman seperti ini juga turut menyumbangkan andil dalam perusakan alam, contohnya yaitu pembuangan limbah rumah tangga di sungai akibat rendahnya kesadaran masyarakat penghuninya.



            Dari poin-poin di atas, dapat kita ketahui bahwa masalah yang ditimbulkan sangat kompleks, bukan? Tapi bukan berarti tidak mungkin masalah-masalah tersebut bisa diatasi. Akan selalu ada cara-cara dan jalan keluar dari suatu masalah!

1.      Aksi Nyata GEMASU






GEMASU adalah kependekan dari Gerakan Hemat Kertas dan Tisu. Kedengaran sepele, bukan? Tetapi apabila kita tidak hanya membuat slogan-slogan sejenis “GEMASU”, membuat poster atau selebaran-selebaran, melainkan melakukannya secara nyata, maka masalah yang ada bisa ditekan sebisa mungkin.
GEMASU adalah langkah kecil untuk menyelamatkan hutan kita. Sudah tahu, bukan, bahwa kertas dan tisu berasal dari pohon? Coba bayangkan, betapa banyaknya konsumsi tisu dan kertas oleh masyarakat dan instansi-instansi pemerintaham yang ada. Belum lagi apabila terjadi kekeliruan dokumen, ataupun salah ketik, sehingga terpaksa harus mencetak ulang dokumen menggunakan kertas baru. Jumlah pohon yang ditebang akan semakin banyak.
Dengan langkah sederhana untuk menghemat kertas dan tisu, maka secara tidak langsung kita telah meminimalisir penebangan pohon di hutan-hutan. Dengan begitu, pohon-pohon kita akan terselamatkan. Kawan-kawan, mari kita mulai menghemat penggunaan kertas dan menggunakan kertas daur ulang!

2.      Car Free Day


Sudah tidak asing lagi, bukan, dengan car free day? Ya, car free day adalah hari di mana kita tidak diperkenankan menggunakan kendaraan bermotor. Sebagian kota-kota besar telah menerapkan car free day, dan beberapa sekolah menengah juga telah menerapkan car free day dimana siswa-siswanya tidak diperbolehkan berangkat sekolah menggunakan kendaraan bermotor.
Car free day diadakan dengan tujuan untuk menghemat penggunaan bahan bakar minyak. Tetapi pada dasarnya, selain sebagai sarana penghematan BBM, car free day ini juga turut memberikan sumbangan dalam usaha mengatasi kurangnya udara bersih, karena hal tersebut termasuk salah satu dampak negatif yang ditimbulkan oleh teknologi transportasi saat ini. Kawan-kawan bisa merasakan bukan, pada tempat-tempat yang biasanya dilalui kendaraan bermotor, panas, dan penuh asap, akan terasa sangat sejuk dan dingin pada car free day

3.      Sistem Pertanian Vertikultur



Sesuai namanya, vertikultur adalah sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau bertingkat. Sistem pertanian vertikultur ini salah satu jawaban bagi permasalahan sempitnya lahan pertanian. Apabila pada umumnya lahan pertanian terhampar luas secara horizontal, maka pada sistem pertanian vertikultur ini lahan pertaniannya bersifat vertikal atau bertingkat ke atas. Dengan begitu, efektivitas dan efisiensi lahan pertanian yang sempit dapat dimaksimalkan, khususnya di daerah perkotaan yang pada umumnya kurang memiliki lahan kosong dan memerlukan ‘ruang hijau’. Vertikultur sudah berkembang pesat di negara-negara maju seperti Jepang dan Amerika.
Tanpa perlu halaman yang luas, kawan-kawan sebenarnya telah mampu menghiasi rumah dengan berbagai macam tanaman hijau yang segar. Dengan menerapkan sistem vertikultur, maka kita bisa menanam di dinding rumah, lho!

4.      Rumah Susun (Rusun)




Rusun adalah singkatan dari rumah susun. Ketika mendengar kata rusun, sebagian besar yang terlintas di benak orang adalah tempat tinggal yang menyerupai apartemen namun dalam versi yang sangat sederhana, meskipun sebenarnya apartemen mewah itu sendiri bisa disebut sebagai rumah susun.
Seperti yang tercantum dalam pasal 3 UU No 20 Tahun 2011, pembangunan rumah susun ini merupakan jawaban atas masalah kurangnya lahan untuk pemukiman, khususnya di kota-kota besar. Tujuannya yaitu untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemanfaatan ruang tanah, menyediakan lahan hijau di perkotaan, mencegah timbulnya pemukiman dan lingkungan kumuh, serta menciptakan kawasan pemukiman dengan memperhatikan prinsip pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Pembangunan rumah susun juga untuk meningkatkan kebutuhan perumahan yang layak bagi masyarakat, khususnya golongan menengah ke bawah, karena sebagian besar penduduk Indonesia merupakan golongan yang berpenghasilan rendah.
Rumah susun nggak selalu jelek dan sederhana, Kawan. Seperti yang telah disebutkan di atas, apartemen juga termasuk rumah susun. Ada tiga jenis rumah susun di Indonesia, yaitu rumah susun sederhana (rusuna), rumah susun menengah (apartemen), dan rumah susun mewah (condominium).  Namun, yang menjadi program pemerintah adalah rumah susun sederhana sewa (rusunawa) dan rumah susun sederhana milik (rusunami). 
Jadi, mulai sekarang jangan negative thinking lagi terhadap kehidupan di rumah susun, tinggal di rumah susun nggak bikin kita berdosa kok!

5.      Penggalakan 3R




`Reduce, reuse, recycle. Kawan-kawan pasti sudah tahu apa itu 3R. Yap, 3R adalah slogan yang diciptakan untuk menumbuhkan kepedulian masyarakat pada lingkungan, khususnya dalam hal sampah.
Dalam menggunakan atau mengonsumsi sesuatu selalu ada sesuatu yang disebut sampah. Seiring dengan naiknya populasi manusia, maka semakin naik pula jumlah sampah yang ada di bumi.
Indonesia tercatat menghasilkan sampah plastik sebesar 5.400.000 ton per tahun, 14% dari total produksi sampah sedunia. Perairan Indonesia juga merupakan rumah sampah plastik terbesar di dunia. 28% dari ikan-ikan di Indonesia mengandung plastik, mengancam keseimbangan ekosistem laut dan kelayakan mereka untuk dikonsumsi. Merasa tergugah, kawan?
Salah satu cara menekan jumlah sampah tersebut adalah dengan menerapkan 3R: reduce, reuse, recycle. Reduce adalah dengan mengurangi dan meminimalisisr segala sesuatu yang dapat menghasilkan sampah. Reuse berarti menggunakan kembali sampah yang masih digunakan. Dan recycle adalah mendaur-ulang sampah-sampah. Kita bisa menggunakan kembali tas plastik yang masih bagus, membawa tas belanja sendiri dari rumah untuk mengurangi sampah tas plastik, mendaur ulang kertas-kertas bekas menjadi kertas-kertas baru, menggunakan media elektronik sebagai pengganti kertas, menggunakan produk yang dapat diisi ulang, dan masih banyak lagi. Melalui usaha-usaha 3R tersebut, maka kita turut berusaha menekan produksi sampah dan menjaga alam sekitar.

6.      Mengubah Pola Pikir atau Mindset



Change yourself before change the world. Kawan-kawan pasti sudah sering mendengar kalimat tersebut, bukan? Memang tak dapat disangkal lagi, untuk melakukan suatu perubahan maka yang harus pertama kali diubah adalah diri sendiri. Mengubah diri sendiri dapat dimulai dengan mengubah pola pikir atau mindset. Untuk turut melestarikan alam kita, maka kita juga harus mengubah mindset mengenai alam dan lingkungan. Apabila pada awalnya acuh tak acuh, maka ada baiknya mengubah mindset untuk lebih peduli kepada lingkungan sekitar. Mengubah mindset untuk selalu membuang sampah pada tempatnya, memasukkan sampah pada tong sampah dengan warna yang benar, menekan penggunaan bahan bakar minyak, dan lain sebagainya. Percuma dong, bila kita membuat program kerja yang ndakik-ndakik untuk menyelamatkan alam dan menekan pertumbuhan penduduk, apabila kita sendiri masih berpikiran primitif dan belum bisa mengubah kebiasaan?
Nah, selain mengubah mindset untuk menjaga lingkungan, kita juga harus mampu menetapkan mindset kita supaya kelak kita benar-benar mampu dan bersedia ‘menghidupkan’ program KB (Keluarga Berencana) di Indonesia. Program ini merupakan cara yang efektif untuk mengatasi masalah kependudukan—yang turut membawa dampak pada bidang lain, misalnya lingkungan sendiri.
KB adalah program yang digaungkan oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Well, meski telah digaungkan sedemikian luasnya, tetapi program tersebut tak akan berjalan baik tanpa partisipasi para penduduk. Benar, bukan?
Hal ini merupakan langkah paling kecil yang bisa kita lakukan untuk mengubah dunia, yaitu diawali dari diri sendiri.



Yak, sahabat blogger, semua hal besar selalu diawali oleh hal-hal kecil. Oleh karena itu, sebagai generasi muda penerus bangsa, jangan segan-segan untuk memulai dan menggaungkan aksi-aksi kecil demi sebuah perubahan yang lebih besar. Apalagi ini bagi negaramu sendiri, negara kita! Dengan dasar pertalian saudara setanah air, mari kita bergerak dan maju bersama!

Merdeka!





(Artikel ini dibuat dalam rangka mengikuti lomba blog kependudukan BKKBN 2016)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Alangkah Lucunya (Negeri Ini)

Belajar Memaknai

Resensi: Dilan Bagian Kedua (Dia Adalah Dilanku Tahun 1991)