Bintang-Bintang Kecil pada Senin Pagiku

Senin, 23 Juli 2018


Pagi itu, merupakan satu rekor pertama bangun dan berangkat pagi sebagai anak kos. Aku berangkat sambil membawa dua kresek, sebuah ransel, dan segenggam semangat. Rasanya masih sangat pagi sekali waktu itu, pukul 6 sudah berangkat. Padahal dulu pun sering melakukannya ketika berada di bangku sekolah.

Ada banyak sekali anak-anak berseragam berangkat sekolah diantarkan orangtuanya. Pemandangan di jalan itu seperti mengembalikan ingatan ketika masih SD dan SMP. Masih berangkat diantar dan pulang dijemput, menunggu dulu paling tidak seperempat jam di depan gerbang sekolah.

Pagi itu, aku jumpa dengan orang-orang baru, dengan latar belakang berbeda, dan usia berbeda. Melaksanakan kewajiban sebagai seorang fasilitator pada kesempatan pertama mengikuti Kelas Inspirasi merupakan sesuatu yang agak sulit, setidaknya bagi diri sendiri. Dengan usia paling bungsu, rasanya kudu mampu memenuhi dan memberikan segala bantuan yang diperlukan para Mas Mbak relawan. Untungnya, aku diberikan partner fasilitator handal Mbak Fika. Apa-apa tanya Mbak Fika. Takut salah, ya tanya Mbak Fika. Wkwkwkwk Ya Allah, aing rasanya seperti anak kecil yang kudu mengadu dulu ke ibunya sebelum melakukan sesuatu. Tapi di sisi lain, rasanya wis ndak bisa minta yang lebih dari Mbak Fika lagi.

Seharian di SDN Ngagelrejo III rasanya waktu berlalu cepat sekali, meski energi juga cepat terkuras. Pas sudah istirahat, banyak yang ngos-ngosan. Kelas paling mengesankan adalah 5B. Lanang wedok gelut. Tangis-tangisan dan drama. Jadi teringat diri sendiri dulu waktu di SD, hahaha.

Singkatnya, hari itu berakhir dengan sesi penutupan cap tangan dan penulisan cita-cita. Benar-benar ndak terasa, kalau waktunya sudah siang saja. Seorang adik penggemar Kpop yang biasnya Suga BTS, kemudian karena dia ricuh aku bilang kalau aku juga suka Suga BTS. Eh, lha kok dianya jadi ngikuti aku terus-terusan sambil ngajak ngobrol BTS. Serba salah. Kujanjikan nomor telepon, terus-terusan ditagih sampai pulang.

Di sisi lain, ada seorang gadis kecil yang cantik, salah satu korban anarkis teman-temannya di 5B. Ia menangis dan kuhibur di luar kelas. Wajahnya cemberut, diam seribu bahasa.
"Nanti lihat Kak Andre main biola di bawah. Ya?"
"Aku maunya diajari, nggak mau lihat."
"Loh, Kak Andrenya cuma 1 hari di sini. Kalau mau belajar ya belajar sendiri, dong."
Ia tersenyum. Aku meleleh.

Itu sepenggal kejadian kemarin. Banyak detail-detail kecil dari mereka yang sulit untuk dilupakan. Penggemar BTS, gadis kecil yang membikin hati meleleh, dan bocah-bocah inklusi yang tidak aku mengerti ucapannya, tapi senyum di bibir kecil mereka memberikan tanda bahwa mereka bahagia.


Hari itu, aku jumpa orang-orang baru. Jumpa adik-adik menggemaskan.
Aku berjumpa dengan banyak bintang-bintang mungil yang gemerlapan di Senin pagiku, tanggal 23 Juli 2018.


Selamat Hari Anak Nasional, adikku. Apapun cita-citamu--arsitek, angkatan laut, dokter, ustadzah, atau wanita karir--sekalipun kamu memikirkan dan menulisnya dengan asal, kuharap kamu terus rajin belajar. Kuharap kamu terus punya cita-cita.




Kalianlah bintang tamu kami, dik.







Pasuruan, 25 Juli 2018
Dari seseorang yang sampai sekarang masih kepikiran dan sulit move on.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Alangkah Lucunya (Negeri Ini)

Belajar Memaknai

Resensi: Dilan Bagian Kedua (Dia Adalah Dilanku Tahun 1991)